Jumat, 25 April 2025

Keliling Bandung Naik Bandros

Bus Bandros

Wuahhhh... seger juga rasanya setelah nyelesain sholat dzuhur di Masjid Raya Bandung. Apalagi masjidnya adem banget cuy, jadi meskipun cuaca di luar cukup terik, bahkan terasa menyengat. Tapi di dalam sini nyaman uy.

Rencanaku setelah ini mau ngunjungi Alun-Alun Bandung yang ikonik, tapi siang ini ternyata alun-alunnya lagi ditutup. Hmmmm... jadi kemana lagi kita selanjutnya ya?

Sambil mikir, mataku memperhatikan keramaian yang ada di sisi selatan Masjid Agung Jawa Barat. Karena penasaran, aku lantas mendekat ke keramaian tersebut. Ternyata keramaian itu karena mereka sedang antri buat naik bus bandros. Wah, menarik juga nih, aku pun ikutan antri. 

Halte Bus Bandros

Bandros

Merupakan singkatan dari kata Bandung Tour on The Bus, yaitu bus wisata yang disediain ama pemerintah Kota Bandung bagi para wisatawan untuk berkeliling Kota Bandung. Busnya punya bentuk yang unik dengan jendela yang sangat lebar, jadi bisa puas mandangin kanan dan kiri jalanan.

Harga Tiket : Rp. 20.000 perorang 

Tiketnya Rp.20.000 aja

Setelah nunggu beberapa saat, akhirnya aku dapat tiketnya juga dan berhasil naik ke atas bus. Maklum sih, pengunjungnya lagi rame siang itu. Tak lama kemudian, bus berjalan perlahan meninggalkan haltenya yang ada di sisi alun-alun Kota Bandung. 

Bagian dalam Bus Bandros

Pemandu yang ada di bagian depan dengan semangat lantas ngejelasin berbagai tempat yang kami lewati. Pertama kami ngelewati Jalan Braga, sebuah jalan ikonik yang ramai akan wisatawan. Selanjutnya bus terus melaju, melewati Gedung Sate, Jalan Asia Afrika, hingga balik lagi ke haltenya di samping Alun-Alun Kota Bandung. 

Ngelewati Jalan Braga
Ngelewatin Asia Afrika

Beuh.... dengan modal Rp.20.000 aja, rasanya puas juga bisa ngelilingin Kota Bandung. Apalagi ada pemandunya juga ngejelasin berbagai tempat yang kami lewati. Mantap abis deh.

Tapi karena tadi ngelewati Jalan Braga, aku jadi penasaran juga mau ngunjungi dan ngelilingin Jalan Braga secara langsung. Yuk lah cussss..... 

Siganteng yang unyu naik Bus Bandros

Rabu, 28 Agustus 2024

Masjid Raya Bandung


Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat

Sekarang udah hampir jam 1 siang, cuaca di Kota Bandung hari itu lumayan terik. Wajar aja sih, karena di langit cuma terhampar pemandangan biru dengan awan yang bergumpal di sisi pinggirnya aja. Meski cuacanya terasa terik, namun tidak menyurutkan langkahku menyusuri pesona Kota Kembang ini.

Setelah sebelumnya mengunjungi Museum Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka, aku lantas menyusuri pedestrian Jalan Asia Afrika, pedestriannya cukup nyaman karena luas dan di beberapa titik ada pohon peneduh yang cukup rindang. Seperti kata Mas Rivai, di Jalan Asia Afrika, Braga dan sekitarnya emang paling asyik dijelajahi dengan berjalan kaki.

Tak jauh, ada satu jembatan penyebrangan yang terbuat dari beton. Sebuah tulisan dari M.A.W. Brouwer yang terukir di bawahnya menarik perhatianku, di situ tertulis “Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum” kurasa pendapatnya emang benar karena Bandung dan sekitarnya emang cakep banget uy. Pantas aja dijuluki Paris van Java aliasnya Parisnya Pulau Jawa.

Aku lantas melanjutkan langkah hingga akhirnya sampai di Masjid Raya Bandung, sebuah masjid bersejarah dan ikonik di Kota Bandung.

Alamat Masjid Raya Bandung

Masjid Raya Bandung beralamat di Jalan Dalem Kaum, No. 14 Balonggede, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat. Masjid ini berada tepat di sebelah Alun-Alun Kota Bandung yang terkenal itu dan nggak jauh dari Gedung Merdeka serta Stasiun Kereta Api Kota Bandung. 

Alun-alun Bandung

Sejarah Masjid Raya Bandung

Berdasarkan sejarahnya, masjid ini dibangun tahun 1812 dengan nama Masjid Agung Bandung. Awalnya pun masjidnya dibangun secara sederhana dan berdindingkan anyaman bambu. Seiring waktu, masjid ini terus direnovasi dan diperbesar. Satu hal yang dulu menjadi ciri khas masjid ini adalah atapnya yang berbentuk nyungcung alias berbentuk atap limas besar bersusun tiga tinggi menjulang. Bahkan menaranya pun memiliki atap yang bentuknya sama.

Menjelang Konferensi Asia Afrika di tahun 1955 yang dipusatkan di Kota Bandung, masjid ini kembali mengalami perombakan dan atapnya diubah total menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang. Kubah ini kemudian rusak setelah diterjang angin kencang. Setelah itu masjid ini kembali mengalami berbagai perbaikan dan perubahan.

Di tahun 2001, masjid Agung Bandung kembali mengalami perubahan, pembangunannya berlangsung selama 2 tahun 99 hari dan bentuknya bertahan hingga saat ini. Bersamaan dengan itu, Masjid ini pun berganti nama dari Masjid Agung Bandung menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat.

Sesampainya di halaman masjid, terlihat cukup banyak pengunjung yang duduk santai di teras dan sekitaran masjid. Mungkin karena hari libur dan waktu sholat zuhur berjamaah juga baru aja selesai. Yang unik, ada juga beberapa keluarga yang membuka tikar dan bekal di teras masjid. Kesannya malah kayak piknik ala-ala gitu. Menurutku sih nggak masalah, asal tidak sampai mengganggu jamaah dan tidak meninggalkan sampah. 

Suasana di dalam Masjid Raya Bandung
Bagian dalam Masjid Raya Bandung

Setelah mengamankan sepatu, aku lantas berwudhu dan sholat zhuhur di sini, meski ramai, tapi sholat di masjid ini nyaman loh. Masjidnya luas dan adem.

Setelah ini, kemana lagi ya? Pikirku sambil melihat Alun-Alun Kota Bandung yang terpagar di depan masjid. 

Siganteng yang unyu di depan Masjid Raya Bandung

Rabu, 21 Agustus 2024

Gedung Merdeka Bandung, Saksi Sejarah Konferensi Asia Afrika

Gedung Merdeka Bandung

Hai sahabat backpacker

Setelah sebelumnya aku ngunjungi Gedung Sate, Ikon dari Kota Bandung, aku pun kembali ngelangkahin kaki ngejelajahi Paris Van Java ini. Tujuanku selanjutnya adalah Gedung Merdeka, sebuah gedung bersejarah yang menjadi bukti perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan di muka bumi. Wuih... mantap nggak tuh. 

Gedung Merdeka

Alamat Gedung Merdeka

Gedung Merdeka ini beralamat di Jalan Asia Afrika Nomor 65, Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Gedung ini letaknya nggak jauh dari Jalan Braga, Alun-Alun Bandung dan Masjid Raya Bandung. Jadi kalo ngunjungi gedung ini bisa sekalian ngunjungi beberapa objek wisata Kota Bandung lainnya yang berdekatan.

Sejarah Gedung Merdeka

Gedung ini pertama kali dibangun tahun 1895 dengan nama Societeit Concordia. Fungsinya saat itu sebagai tempat nongkrong kelompok elit Belanda. Jadi nggak sembarangan orang bisa masuk ke gedung ini. Di dalamnya tersedia pertunjukan kesenian, restoran makan malam dan fasilitas mewah.

Saat Jepang menguasai Indonesia, gedung ini dipake sebagai tempat pertemuan dan pusat kebudayaan. Setelah kemerdekaan, gedung ini juga sempat menjadi markas pemuda Indonesia untuk menghadapi tentara Jepang dan sekutu yang ingin kembali menguasai Indonesia. Setelah itu, gedung ini kembali menjadi tempat seni dan hiburan serta gedung pertemuan umum.

Momen paling bersejarah bagi Gedung Merdeka yaitu tahun 1955. Karena gedung ini dijadikan sebagai tempat Konferensi Asia Afrika. Sebuah konferensi yang memperjuangkan kemerdekaan bagi negara-negara di Asia dan Afrika. Mantap banget cuy. 

Informasi tentang Gedung Merdeka

Sekarang gedung ini pun dijadikan sebagai Museum Konferensi Asia Afrika, di dalamnya tersimpan berbagai foto dan kenangan dari peristiwa bersejarah Indonesia dalam upaya menghapuskan penjajahan di atas dunia, sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. 

Sisi samping Gedung Merdeka
Bagian dalam gedung

Nggak jauh dari gedung ini juga ada tugu Konferensi Asia Afrika serta sebuah tugu bola dunia. Di bawahnya juga tertulis daftar negara-negara Asia Afrika yang menghadiri konferensi tersebut.

Tugu Bola Dunia

Ada siganteng nan unyu di depan Gedung Merdeka

Rabu, 31 Juli 2024

Gedung Sate, Destinasi Wajib Kalo Ke Bandung


Gedung Sate

           Hatchimmmm.....

Busyet deh... nih blog banyak banget debunya.

Yaaaa..... wajar sih, udah lebih dari setahun nih blog kagak pernah dijenguk apalagi dibersihin. Kirain udah jadi sarang laba-laba. Hehehehe....

Padahal niatnya masih pengen berbagi kisah nggak jelas dari perjalananku menyusuri indahnya Indonesia. Tapi akunya masih aja kesulitan ngebagi waktu untuk nulis di blog ini. Hadewh....

Btw, gimana kabar kalian kawan-kawan, semoga sehat selalu ya dan tetap semangat buat ngeblog ya.

Huuuuu.... tarik nafas dalam-dalam.

Yuk, sekarang kita lanjutin kisah perjalananku di Paris Van Java.

Setelah sebelumnya aku ngunjungi Museum Kantor Pos Indonesia yang keren abis. Abis itu aku diarahin ama bapak penjaga Kantor Pos ini untuk masuk ke dalam kawasan Gedung Sate melalui pintu tembusan dari Kantor Pos ini.

Sebenarnya ini kebetulan aja sih, pas aku nanya jalan ke depan Gedung Sate buat foto-foto di bagian depan gedungnya, si Bapak malah bilang kalo dari kantor pos ini ada pintu terusan yang mengarah ke dalam kawasan Gedung Sate dan boleh foto-foto di dalamnya. Mantul abis deh. Makasih banget loh Pak.

Dengan penuh antusias aku pun segera masuk ke dalam kawasan Gedung Sate ini sambil ngeluarin kamera HP, soalnya kamera lainnya dilarang ama bapak penjaganya. Di dalam kawasan gedung ini, aku nemuin satu museum lagi, Museum Gedung Sate namanya.

Menurut bapak yang berjaga di depan museum Gedung Sate ini, museum ini berisi tentang sejarah gedung sate beserta sejarah pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Soalnya nih gedung kan juga kantor pemerintahan Provinsi Jawa Barat sih.

Sejarah Gedung Sate

Oh ya, ngomongin sejarah, Gedung Sate ini dibangun pada 27 Juli 1920 pada jaman kolonial Belanda dan masih berdiri kokoh sampe sekarang. Dulunya gedung ini dipake sebagai pusat administrasi pemerintahan Hindia Belanda, dan setelah kemerdekaan Indonesia gedung ini tetap dipake sebagai gedung pusat administrasi daerah. 

Arsitektur Gedung Sate

Arsitektur Gedung Sate

Secara arsitektur, Gedung Sate ini dibangun dengan menunjukkan kemegahan desain dalam arsitekturnya. Gedung ini juga sangat kental dengan gaya arsitektur Prancis yaitu Renaissance. Gaya ini diambil dalam penggunaan bentuk busur yang berulang atau dikenal dengan fasad.

Nah yang paling unik dan terkenal dari arsitektur Gedung Sate adalah pada puncak atapnya yang terdapat ikon terkenal yaitu tusuk sate dengan 6 buah ornamen yang melambangkan 6 juta gulden yang merupakan biaya pembangunan gedung ini. Karena inilah maka gedung ini dinamain Gedung Sate. 

Taman di dalam kawasan Gedung Sate
Gedung Sate Kota Bandung
Atap Gedung Sate

Alamat Gedung Sate

Gedung Sate beralamat di Jalan Diponegoro Nomor 22, Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat. Gedung ini berada di Pusat Kota Bandung dan tidak jauh dari Museum Kantor Pos, Museum Geologi dan Lapangan Gazibu. Jadi kalo ngunjungi Gedung Sate bisa sekalian ngunjungi beberapa tempat wisata lainnya yang berdekatan. Mantap uy.

Puas foto-foto di depan Gedung Sate, aku kembali ngelanjuti petualangan ku di Kota Bandung. To be continued .....

 

Siganteng yang imut di depan Gedung Sate

 

Kamis, 02 Februari 2023

Museum Pos Indonesia Bandung, Mengenal sejarah Pos Indonesia

 

Museum Pos Indonesia
Museum Pos Indonesia

Hai kawan-kawan...

Setelah sebelumnya aku menikmati kerennya koleksi batuan, mineral, logam dan fosil di Museum geologi Bandung, aku kembali melanjutkan petualanganku di Bumi Parahyangan ini. Tujuanku selanjutnya adalah Museum Pos Indonesia. 

Museum Pos Indonesia
Museum Pos Indonesia Bandung

Alamat Museum Pos Indonesia

Museum Pos Indonesia beralamat di Jalan Cilaki, No. 73, Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat. Dari Museum Geologi Bandung, museum ini nggak jauh. Jadi aku cukup jalan kaki aja menuju museumnya melintasi Taman Lansia Bandung.

Tiket masuk

Tiket masuk ke Museum Pos Indonesia gratis. Iya cuy, gratis. Jadi kita sebagai pengunjung cukup lapor aja ke meja resepsionis dan mengisi buku tamu doang. Setelah itu kita akan diarahin ke pintu masuk museumnya yang ada di pojok bangunan. Dari meja resepsionis ke pintu masuk museumnya terdapat lorong panjang dengan tiang kolong tinggi yang berarsitektur indah.

Di ujung lorong itu terdapat tangga yang mengarah ke bawah dan di atasnya bertuliskan Museum Pos Indonesia. Di bagian paling depan terdapat satu gambar berukuran besar yang bertuliskan perangko pertama Hindia Belanda yang terbit pada 1 April 1864. 

Museum Pos Indonesia
Lorong estetik
Museum Pos Indonesia
Perangko pertama Hindia Belanda

Aku lantas menuruni anak tangga tersebut dan mulai melihat-lihat berbagai koleksi yang ada di museum ini. Koleksi yang ada museum ini sangat beragam dan berfokus pada koleksi pos.

Koleksi Museum Pos Indonesia

Di bagian awal terdapat beragam bentuk bis surat, ada yang persegi, ada yang tinggi, ada yang sederhana dan ada juga dengan hiasan-hiasan unik. Jadi dahulu, untuk mengirim surat, masyarakat tidak harus ke kantor pos, suratnya cukup dimasukkan ke dalam bis surat dan nantinya akan ada petugas yang mengumpulkan surat dari sana dan membawanya ke kantor pos. 

Museum Pos Indonesia
Bis surat

Di sebelahnya terdapat miniatur kantor pos kereta api. Jadi dahulu, surat-surat dibawa menggunakan kereta api dan kantor pos dibangun dekat stasiun sehingga pengiriman surat mudah dilakukan. 

Museum Pos Indonesia
Kantor pos kereta api
Museum Pos Indonesia
Lukisan tentang pos jaman dahulu

Di bagian selanjutnya terdapat koleksi sepeda ontel yang dahulu digunakan pak pos untuk mengantar surat. Di sebelahnya ada juga diorama yang menggambarkan pak pos bersama warga yang menunggu suratnya. 

Museum Pos Indonesia
Diorama Pak Pos

Beranjak ke bagian dalam, ada meja berlapis kaca transparan, di dalamnya terdapat berbagai macam koleksi perangko. Perangko tersebut berasal dari berbagai negara. Selain itu juga ada koleksi perangko Indonesia. Beberapa perangkonya juga unik dan memecahkan rekor MURI seperti perangko yang terbuat dari batik dan kulit gunungan. 

Museum Pos Indonesia
Koleksi perangko
Museum Pos Indonesia
Perangko dari berbagai negara
Museum Pos Indonesia
Perangko unik dari batik dan kulit gunungan

Selanjutnya juga ada koleksi yang berhubungan dengan kantor pos seperti timbangan tua, mesin hitung, tang plompir, seragam Pak Pos, hingga miniatur kendaraan pos. 

Museum Pos Indonesia
Kode Pos Indonesia
Museum Pos Indonesia
Timbangan
Museum Pos Indonesia
Tang plompir
Museum Pos Indonesia
Seragam Pak Pos
Museum Pos Indonesia
Berbagai miniatur Pos

Di bagian paling ujung terdapat koleksi surat-surat emas Nusantara. Ini bukan surat yang terbuat dari emas ya, tetapi surat-surat emas ini adalah surat-surat yang dikirimkan berbagai kerajaan yang ada di Nusantara. Terdapat berbagai surat, naskah, hikayat dan lainnya dengan berbagai bahasa. Surat-surat ini memiliki keindahan karena dihiasi berbagai corak di setiap lembarnya. 

Museum Pos Indonesia
Surat Emas Nusantara

Demikianlah perjalananku ke Museum Pos Indonesia. Selanjutnya aku akan berkunjung ke Gedung Sate, gedung ikon di Kota Bandung, Jawa Barat.

To be continued ..... 

Museum Pos Indonesia
Siganteng yang unyu di Museum Pos Indonesia