Masjid Raya Sultan Ahmadsyah adalah sebuah masjid yang berada di Kota Tanjung Balai dan merupakan peninggalan Kesultanan Asahan. uniknya, masjid ini dibangun tanpa semen tetapi menggunakan pasir dan tanah liat.
Masjid Raya Sultan Ahmadsyah Tanjung Balai didirikan mulai pada tahun 1884 dan selesai dibangun pada tahun 1886. Penggagas berdirinya Masjid Raya Sultan Ahmadsyah adalah Sultan Ahmadsyah yang bergelar Marhum Maharaja Indrasakti yang memerintah Kesultanan Asahan mulai tahun 1854 hingga 1888.
Arsitektur dan Keunikannya
Setelah 4 jam di atas kereta api, akhirnya saya sampai juga di Kota Tanjung Balai. langkah kaki ini membawa saya menuju Masjid Raya Ahmadsyah yang merupakan masjid bersejarah di Kota ini.
Sejarah Masjid Raya Sultan Ahmadsyah Tanjung Balai didirikan mulai pada tahun 1884 dan selesai dibangun pada tahun 1886. Penggagas berdirinya Masjid Raya Sultan Ahmadsyah adalah Sultan Ahmadsyah yang bergelar Marhum Maharaja Indrasakti yang memerintah Kesultanan Asahan mulai tahun 1854 hingga 1888.
Arsitektur dan Keunikannya
Ciri utama dari masjid ini adalah
bangunan Melayu. Hal ini saya lihat dari bentuk bangunannya yang berbentuk
persegi panjang seperti kebanyakan bangunan Melayu. Pada pinggir atapnya juga
terdapat ciri khas bangunan Melayu yaitu ukiran pucuk rebung.
Keunikan masjid ini adalah tidak
terdapat pilar di bagian dalam masjid yang bermakna Allah tidak memerlukan
penyangga untuk berdiri. Padahal bangunan dasar dari masjid ini hampir tidak
memakai semen melainkan pasir dan tanah liat serta batu bata. sungguh membuat saya terpana akan keunikannya.
Keunikan lainnya
yaitu kubah masjid tidak terletak di tengah bangunan melainkan di bagian depan
masjid sehingga jika dilihat dari depan, masjid ini terkesan biasa namun
menyembunyikan keunikannya.
Di dalam masjid terdapat mimbar yang berornamen Cina. Mimbar ini didatangkan langsung oleh Sultan dari Cina. selain itu juga ada tangga putar untuk naik ke menara masjid yang terletak tepat di belakang mimbar.
Ruang dalam yang tanpa pilar
|
Di dalam masjid terdapat mimbar yang berornamen Cina. Mimbar ini didatangkan langsung oleh Sultan dari Cina. selain itu juga ada tangga putar untuk naik ke menara masjid yang terletak tepat di belakang mimbar.
Mimbar yang berornamen China |
Menurut penjaga masjid yang saya temui, bangunan utama Masjid Raya Sultan Ahmadsyah
belum pernah direnovasi. Namun bangunan pendukungnya banyak yang diganti maupun
ditambah. Seperti tempat wudhu’ yang berbentuk qullah dan dapur masjid diganti
dengan pendopo. Sedangkan gerbang dan menara utamanya dibangun kemudian
sehingga masjid ini memiliki dua menara. Di depan masjid juga terdapat kuburan massal
korban revolusi sosial maret 1946. Sedangkan di belakang masjid terdapat
kuburan keluarga imam dan nazir masjid. Saat ini di pendopo masjid juga
terdapat tiga buah meriam peninggalan Kesultanan Asahan.
Makam korban revolusi di depan Masjid Raya Ahmadsyah |
Fungsi didirikannya Masjid Raya
Sultan Ahmadsyah bukan hanya sebagai sebuah tempat ibadah, tetapi juga
merupakan tempat strategis bagi pengembangan masyarakat, Selain sebagai tempat
ritual, masjid juga sebagai pusat tumbuh dan perkembangnya kebudayaan Islam. Di
dalamnya dilakukan penyusunan strategi, perencanaan dan aksi di dalam kerangka
penyebaran Islam di tengah kehidupan masyarakat. Selain sebagai kepentingan
ritual ibadah keagamaan, juga memiliki kepentingan politis untuk melawan
hegemoni penjajah.
Fungsi Masjid Raya Ahmadsyah saat
ini adalah sebagai tempat ibadah masyarakat muslim Tanjung Balai. Selain itu,
di Masjid Raya Ahmadsyah juga dilakukan pengajian-pengajian mingguan, pengajian
bulan ramadhan, pengajian remaja masjid dan pengajian anak-anak. Masjid Raya
Ahmadsyah juga berfungsi sebagai tempat latihan manasiq haji serta tempat sosial
kemasyarakatan seperti pemotongan hewan kurban dan khitanan massal serta
penyolatan jenazah .
Sayangnya
kini tak banyak yang mengetahui sejarah besar yang dimiliki oleh masjid
ini. bahkan termasuk masyarakat Tanjung Balai sendiri. Apalagi
saksi-saksi hidup masjid ini semakin berkurang. Padahal masjid ini lebih
dahulu ada dari pada Masjid Raya Al-Mahsun di Medan maupun Masjid Raya
Sulaimaniyah di Serdang. Oleh karena itu sudah seharusnya remaja-remaja
Tanjung Balai melestarikan sejarah negerinya agar tak hilang di tengah
arus jaman.
Alamat : Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara
Transportasi : dapat menggunakan kereta api dari medan dengan tiket Rp. 35000. kemudian dari stasiun dapat dilanjutkan dengan becak motor seharga Rp. 5000
Objek Wisata Sekitarnya:
> Lapangan Pasir
> Tanjung Balai Food Court
> Rumah Balai
> Vihara Tri Ratna
> Kelenteng Dewi Samudera
> Jembatan Tabayang
> Sungai Asahan
Alamat : Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara
Transportasi : dapat menggunakan kereta api dari medan dengan tiket Rp. 35000. kemudian dari stasiun dapat dilanjutkan dengan becak motor seharga Rp. 5000
Objek Wisata Sekitarnya:
> Lapangan Pasir
> Tanjung Balai Food Court
> Rumah Balai
> Vihara Tri Ratna
> Kelenteng Dewi Samudera
> Jembatan Tabayang
> Sungai Asahan
Keren bg... (y)
BalasHapusMakasih ya dek... :)
BalasHapusBagus sekali tulisannya..memang benar mesjid raya ini lebih tua dari pd yg dimedan...
BalasHapusTerima kasih ya Smart Gold :)
Hapus