Istana Karang |
Brmmm....
Brmm...
Begitulah
ecek-eceknya suara keretaku (baca:motor) yang kupacu setelah puas
berpanas-panasan di perbatasan Provinsi Sumatera Utara dengan Provinsi Aceh
dalam rangka perjalanan menembus batas Sumatera Utara-Aceh dengan uang kurang
dari 100 ribu. Tujuanku selanjutnya adalah kota terdekat di Aceh ini yaitu
Kuala Simpang, ibukota dari Kabupaten Aceh Tamiang. di sana aku berencana
mengunjungi Istana Karang dan Istana Benua Raja serta ngelihati cewek-cewek
Aceh. #tetep
Istana
Karang, hm... pasti keren tuh seperti Istana Karang yang ada di Cirebon tuh
nih, jadi nggak sabar buat melihatnya, begitulah kira-kira isi pikiranku.
Tapi.....
satu putaran. Hm... dua putaran. Haaaaahhh... tiga putaran. Serius, aku malah nyasar
di Kota Kuala Simpang dan mutar-mutar nggak jelas. Padahal nih kota nggak
begitu besar, tapi bisa-bisanya aku nyasar. Ya ampun... Terpaksa deh pake GPS
(gunakan penduduk setempat). Kalo udah nyasar gini, aku cuma ingat dua kalimat
aja yaitu “malu bertanya itu jalan-jalan” dan “banyak jalan menuju nyasar”.
Hahaha...
Lokasi Istana Karang
Setelah
tanya-tanya ama penduduk sekitar, ternyata Istana Karang ini lokasinya berada
di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, tepatnya
di tepi jalan lintas yang menghubungkan Kota Kuala Simpang dengan Kota Langsa. Dengan
segera aku ke sana.
Tapi mana karangnya?
Setelah
sempat mutar-mutar nggak jelas, akhirnya ketemu juga Istana Karangnya. Tapi serius
deh, nih istana nggak terlihat ada satu pun karang, malah bangunannya terbuat
dari beton, malah arsitekturnya pun sederhana dan terlihat seperti rumah biasa.
Benar-benar di luar ekspeitasiku bentuk istananya.
Istana Karang tanpa karang |
Arsitektur Istana
Karang
Meski
namanya Istana Karang, tapi istana ini dibangun dari beton dan bangunanya dicat
berwarna putih. Bentuk arsitekturnya terlihat seperti rumah-rumah biasanya
dengan sentuhan arsitektur khas rumah peninggalan jaman Belanda tanpa ada corak
karang maupun Acehnya. Yang menarik dari bangunannya menurutku adalah bagian
terasnya yang memiliki tiga buah pintu gerbang. Katanya sih Istana ini dibangun
setelah Aceh Tamiang mendapat pengaruh dari kebudayaan Kolonial Belanda, jadi
bentuk istananya seperti ini.
Gerbang tiga pintu |
Tapi mana karangnya?
Setelah
usut punya usut, ternyata nama Istana Karang ini diambil karena istana ini
merupakan peninggalan Kerajaan Karang yang dulu berkuasa di Tanah Aceh Tamiang
ini. Jadi cuy, di istana ini memang tidak ada satu pun batu karang. Damn!
Kondisi Istana Karang
Walau
pun sedikit kecewa karena istananya di luar ekspeitasiku, tapi menurutku istana
ini cukup keren meski terlihat sederhana. Yang sayangnya sih kondisi Istana
Karang ini tidak terawat, beberapa asbesnya berlobang, keramiknya pun sudah ada
yang pecah-pecah dan bagian dalam istana juga terlihat kosong melompong, hanya
ada satu foto yang terpajang di sana. Miris sih melihat kondisi tersebut,
padahal istana ini sudah dijadikan situs cagar budaya oleh Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Tamiang. ku pikir tentu lebih
asyik jika istana ini dijadikan museum, pastinya lebih bermanfaat.
kondisinya memprihatinkan |
Setelah
dari sini aku pun melanjutkan perjalanan mencari Istana Benua Raja yang katanya
masih di sekitar Kota Kuala Simpang juga dan cewek-cewek Aceh. Soalnya di
sekitar Istana Karang ini terlalu sepi, nggak ada cewek Acehnya. Parah! malah
yang banyak kotoran lembu yang numpuk di halaman istana hasil dari lembu-lembu nggak
beradap di sekitar istana. Ya ampun... masak mau lihat cewek Aceh aja ketemunya
taik lembu sih. Sial!
Harusnya tempat-tempat seperti ini di Jaga ya.
BalasHapusApalagi punya sisi sejarah yg tinggi.
Sebetulnya sih tempat2 seperti ini perlu dibuat semenarik mungkin, biar yang datang lebih banyak.
Setuju banget mas.
HapusSoalnya istana ini kan salah satu jejak sejarah kabupaten ini.
Semoga ke depannya bisa lebih baik.
Sayang banget kondisinya kosong seperti itu. Andai dijadikan sebuah museum yang mengangkat masa kejayaan Kerajaan Karang di masa lampau alangkah menariknya. Ditunggu lanjutan cerita perjalanannya menelusuri Sumatera Utara, Rudi. ^^
BalasHapusIya mas, harusnya bisa lebih dimanfaatin lagi bangunannya.
HapusSayang banget terlantar gitu.
sayang banget bangunanya ga di manfaatin yah mas
BalasHapusIya mas, padahal lebih baik dimanfaatin.
Hapusbagus dan memiliki nilai sejarah yang kuat... Harusnya pemerintah setempat lebih memperhatikan obyek wisata seperti ini ya :D
BalasHapusSetuju banget tuh mas.
HapusMungkin pemerintahnya harus lebih memperhatikan dan menjadikan tempat ini menarik untuk wisatawan. Nggak cuma wacana saja. Sangat disayangkan, tapi tetep adalah pengalaman yang berharga, ya kan rud..?
BalasHapusIya mbak, harusnya bisa lebih dimanfaatin, sayang terbengkalai gitu.
HapusIya dong mbak, setiap langkah perjalanan itu kan pengalaman yang berharga. :D