Taman Fatahillah Kota Tua |
Museum
Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Fatahillah, Taman Fatahillah,
Museum Wayang serta Museum Seni dan Keramik telah selesai kujelajahi satu
persatu begitu menginjakkan kaki di Kota Jakarta, ibukota Indonesia ini.
Rasanya
sudah cukuplah petualangan si cowok ganteng nan unyu ini di Kota Tua Jakarta
meski masih ada banyak lagi gedung-gedung bersejarah dengan arsitektur keren di
sini. Banyak banget malahan. Tapi sayangnya waktu yang ku miliki cukup terbatas
dan hari udah lumayan siang.
Sedangkan
objek wisata utamaku di Jakarta ini adalah Monumen Nasional alias tugu Monas.
Soalnya tugu ini kan bisa dibilang ikonnya Jakarta, jadi rasanya belum sah ke
Jakarta kalo belum ke Monas. Karena itu, aku pun segera beranjak menuju Monas.
Berdasarkan
info dari beberapa blog yang ku baca, ada dua cara menuju Monas dari Kota Tua
Jakarta, yang pertama naik KRL tujuan Stasiun Juanda dan yang kedua naik Transjakarta.
Untuk memaksimalkan penjelajahan di Ibu Kota Indonesia ini, aku pun memilih
naik transjakarta, biar sekalian bisa ngerasain gimana rasanya jadi warga
Jakarta. Hehe...
Setelah
membeli kartu flazz seharga Rp.50.000 dengan saldo Rp.30.000 sebagai tiket transjakarta
dari seorang mas-mas yang berdiri di loket transjakarta, aku pun men-tap-kan
kartu tersebut di gate halte transjakarta. Tapi kok nggak bisa ya?
Ku
coba sekali lagi, tapi tetap aja nggak bisa. Apa kartunya rusak ya?
Terus si mas penjual kartu pun mendekat dan mengajariku caranya.
“Gini mas caranya.” Ucapnya sambil men-tap-kan kartu tersebut dan viola... gerbangnya terbuka.
Damn! Ternyata aku men-tap di layar gate, bukan di tempat tapnya. Soalnya tulisan tempat tapnya memang udah nggak kebaca lagi. Tiba-tiba aku merasa begitu ndeso.
Sial!!! Malu-maluin banget.
“Thanks ya mas.” Ucapku pelan. Sumpah, nggak sanggup lagi rasanya berdiri lama-lama di situ.
Setelah masuk ke dalam halte dan berusaha melupakan kejadian yang amat sangat memalukan itu, aku pun melihat-lihat rute transjakarta. Yang kubaca di blog, ada yang bilang ada transjakarta langsung dari Kota Tua ke halte Monas dan ambil bus jurusan Blok M. Dan ada juga yang bilang ambil bus jurusan halte Harmoni dan nanti dari sana ambil bus jurusan Monas.
Tapi dasar akunya yang nggak sabaran, begitu transjakartanya datang, aku langsung masuk aja ke dalam. Pas udah di dalam baru deh mikir, nih bus tujuan mana ya? Hahaha.... bakal nyasar nggak ya?
Ternyata aku beneran salah bus, ini bus tujuan Pinang Ranti.
aghhh.... tidak..... aku nyasar.
Akhirnya saat di halte Harmoni aku pun buru-buru turun dan menunggu bus tujuan Blok M sambil membaca kembali rute transjakarta. Setelah ku baca baik-baik, ternyata bus tujuan Pinang Ranti tadi juga lewat halte Monas.
Damn! Terus buat apa aku buru-buru turun dan ganti bus?
Tapi nggak apa-apa deh, soalnya asyik juga naik transjakarta ini, selain punya jalur sendiri sehingga bebas macet, kita juga bisa puluhan kali ganti-ganti bus dan tarifnya tetap Rp.3.500, selama kita nggak keluar dari haltenya. Buset... murah banget. Aku jadi berharap di Kota Medan ada kendaraan umum seperti ini. Soalnya bus Mebidang di Medan itu selain nggak punya jalur sendiri sehingga rawan macet, tarifnya juga Rp.6000 untuk jarak dekat dan jauh. Mahal coy.
Setelah beberapa menit akhirnya aku sampe juga di halte Monas. Begitu keluar dari haltenya langsung terlihat Museum Nasional. Ah... ke sini dulu deh baru ke Monas.
Note : foto-foto transjakartanya nggak ada, soalnya aku lupa ngambil fotonya. Hahahaha....
“Kau ini blogger apaan sih, sampe foto-fotonya pun lupa.”