Puas banget rasanya, setelah sekian lama akhirnya aku bisa melihat secara langsung tempat para tokoh pahlawan nasional merumuskan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan melihat langsung lokasi pembacaan naskah poklamasi kemerdekaan tersebut yang sekarang menjadi
Taman Proklamasi.
Saat pertama kali datang ke Jakarta setahun yang lalu, dua tempat ini sudah masuk dalam daftar tempat yang ingin kukunjungi. Namun gara-gara antrian buat naik ke puncak Monas tuh lama banget, bahkan sampe sore hari. Akhirnya gagal deh rencana tersebut dan baru sekarang terwujudnya.
Setelah puas mengelilingi dan melihat-lihat koleksi yang ada di
Museum Perumusan Naskah Proklamasi, aku pun segera keluar dari museum dan melanjutkan petualangan satu hariku di ibu kota.
Pas banget di depan museum ini ada halte bus feeder transjakarta, dengan naik bus aku melanjutkan petualangan menuju Bundara HI.
|
Bundaran HI |
Brmmm.. brmmm...
Bundaran HI
Bundaran HI ini bisa dibilang salah satu ikonnya Jakarta. Dibangun pada tahun 1962 untuk menyambut para olahragawan yang bertanding di Asian Games IV. Tugunya dibangun setinggi 30 meter dan di puncaknya ada sepasang patung setinggi 7 meter yang sedang melambai.
|
Sepasang patung di puncak bundaran |
Patung Bundaran HI aja berpasangan, kok kamu kagak sih?
-_-
Aku turun dari Transjakarta di Halte Thamrin yang nggak jauh dari Bundaran HI. Dari sana aku berjalan sampe ke bundaran. Emang keren sih nih bundaran, di sekelilingnya ada banyak gedung-gedung tinggi kayak Mall Grand Indonesia, Hotel Indonesia, Plaza Indonesia, Thamrin CBD, dan banyak lagi gedung-gedung tinggi lainnya jadi keliatan megah.
Aku pun duduk sejenak di bangku kayu yang ada di trotoar dekat Bundaran HI. Menikmati pemandangannya. Kalo hari minggu, di sini biasanya menjadi lokasi
car free day dan ada banyak cewek-cewek cakep yang olahraga. Tapi karena nih hari sabtu, kagak ada
car free day, yang ada matahari yang puanas banget dan asap knalpot. Asem banget.
|
Jalan menuju Bundara HI |
|
Selfie di tengah cuaca terik |
Setelah cukup istirahat, aku pun melanjutkan perjalanan dan saat itulah aku melihat bus transjakarta yang bertingkat dua. Ups.. menarik nih.
Bus Gratis
Bus yang kulihat itu emang bus gratis yang disediain buat wisatawan yang ingin berkeliling Jakarta. Busnya punya banyak rute ke berbagai tempat wisata di Jakarta. Oleh karena itu, aku segera naik ke dalam bus ini dan duduk dimanapun, karena isi busnya nggak begitu rame. Busnya nyaman banget, karena semua penumpang diwajibkan dapat tempat duduk. Kalo udah penuh, harus nunggu bus yang selanjutnya. Pemandangan dari bus juga jelas, apalagi kalo dari lantai duanya, keren uy.
|
Bus tingkat gratis |
|
Masih sepi isinya cuy |
|
Semua dapat tempat duduk |
|
Pemandangan dari jendela bus |
Brmm... Brmm...
Berhubung aku pengen ke Kota Tua, jadi aku harus pindah bus di depan Istiqlal. Begitu kata mbak-mbak cakep yang bertugas di dalam bus gratis ini. Jadi setelah berganti bus, akhirnya aku nyampe juga di Kota Tua.
Kota Tua
Sesampainya di Kota Tua, aku langsung menuju Taman Fatahillah, tujuanku cuma mau nyantai sambil menikmati bangunan-bangunan tua yang ada di Kota Tua ini. Apalagi dulu aku juga udah ngunjungi museum-museum yang ada di Kota Tua ini. Hanya Museum Bahari doang yang belum kesampaian ku kunjungi. Pengen sih ngunjunginya, tapi bentar lagi aku harus ke bandara, jadi aku balik lagi ke halte bus gratis dan berangkat ke Monas.
|
Taman Fatahillah dan Meriam Si Jagur |
Let's go...
Kulineran di Lenggang Jakarta
Tujuanku ke Monas ini bukan untuk naik ke Monumen Nasionalnya, karena dulu pun aku udah pernah naik ke atas dan antriannya puanjang banget. Jadi kali ini aku ke Monas mau makan siang sekalian kulineran di Lenggang Jakarta. Lenggang Jakarta ini emang merupakan area
food court di Monas yang punya banyak menu terutama makanan khas Indonesia.
Di sini aku memesan Ketoprak yang merupakan salah satu makanan khas Indonesia yang sangat terkenal di Jakarta. Ketoprak ini terbuat dari ketupat, tahu, bihun, touge, telur rebus dan disiram kuah kacang. Rasanya mantap cuy, walau harganya juga lumayan mantap sih, Rp. 20.000 perporsi.
|
Sepiring ketoprak |
Bus Damri ke Halim Perdana Kusuma
Selesai mengisi perut, aku pun berjalan ke Stasiun Gambir karena aku akan menuju bandara. Sesampainya di loket Damri, aku pun segera memesan tiket.
“Mbak, tiket ke Halimnya satu.”
“Maaf Mas, kita nggak menyediakan bus ke Halim.” Jawab si mbak.
“ Jadi kalo mau ke Halim, naiknya dari mana mbak?”
“ kita emang nggak punya bus yang tujuan Halim Mas.”
“ Serius Mbak?”
“ Dua ciyus malah.”
Asem lah. Padahal di situs-situs yang membahas tiket katanya ada bus dari dari Gambir ke Halim. Tapi kenyataannya malah kagak ada.
Dasar situs pembohong. Aghhh... Kesel rasanya.
Segera aku memutar otak, waktu yang ku punya nggak begitu banyak dan jarak dari Gambir ke Halim juga cukup jauh. Jika naik Transjakarta, bakal ribet nyari rutenya lagi. Jadi pilihan terbaiknya adalah naik motornya abang ojol. Syukurnya orderanku segera diterima si abang ojol.
Brmmm... Brmm...
Akhirnya setengah jam sebelum waktu chek in, nyampe juga di Halim Perdana Kusuma. Sumpah, Gambir ke Halim naik motor itu kerasa banget jauhnya, apalagi ada banyak kemacetan yang dilalui dan juga ada kejadian motor abang ojol hampir disenggol kendaraan lain.
Ahh.. capek rasanya cuy.
|
Nyampe juga di Halim Perdana Kusuma |