Sorry ya blog
tercintaku, beberapa hari ini aku lagi di daerah, jadi agak jarang
mengunjungimu. Nah, sekarang aku mau ngelanjutin ceritaku tentang petualangan
di Kota Tua Jakarta.
Setelah sebelumnya aku
beristirahat di Taman Fatahillah seusai menjelajah Museum Bank Mandiri, Museum
Bank Indonesia dan Museum Fatahillah dan bertemu Meriam Si Jagur di taman,
akhirnya tenagaku kembali penuh dan aku pun melanjutkan penjelajahan di Kota
Tua Jakarta ini dan tujuanku selanjutnya adalah Museum Wayang. Lets go.
Alamat
Museum Wayang
Museum ini letaknya
persis berada di sisi Taman Fatahillah, jadi cukup beberapa langkah aja dari
tempatku istirahat udah nyampe. Alamat pastinya berada di Jalan Pintu Besar
Utara No.27, Jakarta Barat, Jakarta.
Sejarah
Museum Wayang
Dulunya Gedung Museum
Wayang ini adalah sebuah bangunan gereja yang dibangun pada tahun 1640 dengan
nama “de Oude Hollandshe Kerk” dan pada tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama
menjadi “de Nieuw Holandsche Kerk”. Pada tahun 1939, bangunan ini diubah pula
menjadi Gedung Museum Batavia hingga pada 13 Agustus 1975 diresmikan oleh H.
Ali Sadikin, Gubernur Jakarta sebagai Museum Wayang. Wuih... sungguh sejarah yang
panjang.
Koleksi
Museum Wayang
Dengan Pede aku masuk
ke dalam Museum Wayang, tapi seorang bapak-bapak berkumis tebal kemudian
bertanya. “Mau kemana dik?”
“Mau masuk ke museum
pak.” Jawabku pede.
“Ini pintu keluar dik,
pintu masuknya sebelah sana.” Ucapnya sembari menunjuk pintu museum satu lagi.
Sial...!!!
Sial...!!!
Sial...!!!
Malu-maluin
aja ah salah pintu.
Siallll...!!!
“Oh... begitu ya pak,
terima kasih kalo begitu.” Ucapku sambil tersenyum. Senyum palsu menahan malu.
Damn!
Eh... tapi di pintunya
ini emang kagak ada tulisan pintu masuk atau pintu keluarnya kok. So... bukan
salah ku dong.
Iya
kan?
Iya
kan?
Setelah masuk dari
pintu yang benar, aku kemudian membeli tiket masuknya seharga Rp. 5000 aja untuk
umum dan cuma Rp. 3000 untuk mahasiswa. Murah meriah uy.. apalagi ada kartu
sakti, kartu tanda mahasiswa. Muhahahahha.....
Begitu masuk ke dalam,
aku terperangah melihat koleksi wayang di museum ini. bener-bener buanyak coy. Di
kanan ada wayang, di kiri ada wayang, di depan ada wayang, di belakang pun ada
wayang. Tapi wajar sih, namanya juga museum wayang, ya isinya wayang la, masak
kue lepat.
Terperangah melihat koleksi wayang |
Kanan kiri ada wayang |
Selama ini yang aku tau
tentang wayang cuma wayang kulit, wayang golek dan wayang orang aja. Padahal ternyata
wayang itu punya buanyak jenis. Ada wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, wayang
beber dan macem-macem. Bahkan wayang kulit, wayang golek dan wayang-wayang
lainnya ini punya jenis-jenisnya lagi. beuh... keluarga besar wayang ternyata ada bermacam-macam banget.
Koleksi wayang |
Selain koleksi
wayang-wayang dari seluruh Indonesia, ada juga koleksi boneka-boneka khas dari daerah
Indonesia seperti boneka Sigale-Gale dari Sumatera Utara dan Onde-Onde dari
Jakarta. Selain itu ada pula koleksi boneka-boneka yang berasal dari Eropa,
Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India, Kolombia dan lain-lain.
Berbagai perlengkapan
pewayangan juga lengkap di museum ini, seperti alat musik set gamelan, alat
penerangan, panggung dan alat-alat lainnya. Serta ada juga lukisan-lukisan
wayang dan silsilah tokoh-tokoh pewayangan.
Set Gamelan |
Yang paling menarik untukku
di sini adalah aku bertemu boneka si Unyil. Horeeee.... soalnya aku emang suka
banget tuh nonton acara laptop si Unyil di tv, jadi rasanya seneng banget bisa
ketemu langsung dengan boneka Si Unyil dan kawan-kawannya macem si Pak Raden, Usro,
Pak Ogah, dan lain-lain. Hihihi....
Kosakata
Lepat = Makanan dari
pisang, ubi atau labu yang ditumbuk halus kemudian di bungkus daun pisang dan
dikukus.