Makam Tengku Amir Hamzah |
Yo sobat Backpack
Sejarah, gimana kabar kalian hari ini? semoga baik-baik aja ya, amin... Kali
ini aku ingin melanjutin cerita tentang edisi petualanganku menembus batasSumatera Utara-Aceh dengan uang kurang dari 100 ribu yang kemarin ku posting
bulan Desember 2016.
Ya ampun... udah satu
tahun nggak selesai mosting ceritanya gara-gara kemarin sibuk dan kehabisan
kuota, sebagai travel blogger aku merasa gagal. Hiks... hiks... Tapi kali ini
akan ku selesain kok, soalnya cuma tinggal 2 cerita lagi. Kalo nggak selesai
juga, udah kurang ajar tuh namanya.
Nah, di postingan
sebelumnya yang berjudul Masjid Azizi Tanjungpura, Masjid Kebanggaan Masyarakat Langkat, aku udah katakan bahwa di dalam komplek
Masjid Azizi ini juga terdapat makam-makam dari pihak keluarga Kesultanan
Melayu Langkat. Di sini juga merupakan lokasi pemakaman Tengku Amir Hamzah.
komplek pemakaman di sebelah Masjid Azizi |
Makam
Tengku Amir Hamzah
Makam Tengku Amir
Hamzah ini berada di tengah komplek pemakaman keluarga Kesultanan Melayu
Langkat, makamnya telihat seperti makam-makam yang lain dengan nisan berwarna
putih. Yang membedakan, di dekat makamnya terdapat sebuah batu prasasti
berwarna kuning yang betuliskan “Pusara Pahlawan Nasional T. Amir Hamzah”.
Makam Tengku Amir Hamzah |
Tengku
Amir Hamzah
Emang
siapa sih Tengku Amir Hamzah itu?
Jadi gini cuy, Tengku
Amir Hamzah adalah salah satu pahlawan nasional yang berasal dari Sumatera
Utara tepatnya dari Kabupaten Langkat. Beliau dilahirkan pada 28 Februari 1911
di Tanjung Pura, Langkat. Tengku Amir Hamzah ini berasal dari keluarga
bangsawan Kesultanan Langkat.
Hal tersebut pula lah
yang kemudian membuat beliau bisa bersekolah di Mulo Batavia, kemudian beliau
melanjutkan sekolah di AMS Solo dan lalu kembali ke Batavia untuk belajar hukum
di Sekolah Hakim Tinggi hingga akhirnya meraih gelar Sarjana Muda Hukum. Meski berlatar belakang
pendidikannya adalah di bidang hukum, tetapi posisinya sebagai putra bangsawan
Kesultanan Langkat membawa Tengku Amir Hamzah masuk ke dalam lingkaran
sastrawan.
Bahkan dalam karir
sastranya, secara keseluruhan ada sekitar 160 karya Tengku Amir Hamzah yang
berhasil dicatat. Di antaranya 50 sajak asli, 77 sajak terjemahan, 18 prosa
liris asli, 1 prosa liris terjemahan, 13 prosa asli dan 1 prosa terjemahan.
Karya-karyanya tercatat dalam kumpulan sajak Buah Rindu, Nyanyi Sunyi, Setanggi
Timur dan terjemah Baghawat Gita.
Tengku Amir Hamzah pun
berprestasi cukup besar di dunia sastra dengan membawa kesusastraan Indonesia
memasuki era baru, era pujangga baru bersama Armjn Pane dan St. Takdir
Alisjahbana. Mereka bertiga merintis majalah Pujangga Baru. Oleh sebab itu, bahkan
HB Jassin menjulukinya “Raja Penyair Pujangga Baru”. Keren banget deh
julukannya.
Namun kisah hidup
Tengku Amir Hamzah berakhir cukup tragis, beliau yang kembali ke Tanah Langkat
atas perintah sultan untuk menikahi putri Sultan Langkat kemudian mendapat
posisi penting di dalam Kesultanan Melayu Langkat, pada akhirnya tewas terbunuh
dalam peristiwa berdarah revolusi sosial tahun 1946 yang juga menghapus
eksitensi kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur. Mayat beliau ditemukan dalam
kondisi terpenggal. Sungguh tragis.
Itulah sedikit kisah
tentang Tengku Amir Hamzah, sastrawan terkenal dari Tanah Langkat, Sumatera
Utara. Setelah dari sini aku kemudian melanjutkan perjalanan pulangku menuju
Kota Medan, tapi sebelumnya aku bakal singgah di satu tempat lagi. Tetap
tungguin ya.