Kayak gitulah kira-kira bunyi motor si abang ojol yang kunaiki saat ia membelah jalanan pagi di Ibu Kota Jakarta ini untuk mengantarkanku dari Stasiun Pasar Senen menuju tempat tujuanku. Tak lama, palingan cuma 20 menit, aku pun tiba di tempat tujuanku, yaitu Taman Proklamasi Indonesia, salah satu tempat paling bersejarah bagi kemerdekaan negara Indonesia.
Taman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia |
Taman Proklamasi ini beralamat di Jalan Proklamasi, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Nggak jauh-jauh amat dari Monas dan Bundaran HI. Dulunya sih tempat ini beralamat di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Tapi sekarang udah diganti nama jalannya menjadi Jalan Proklamasi.
Sejarah dan Lanskap Taman Proklamasi
Setelah mengucapkan salam dan izin untuk masuk ke dalam taman pada dua bapak-bapak yang ada di dekat pintu masuk taman, aku pun segera menjelajahi taman kecil ini sambil memproyeksikan imajinasiku akan kejadian proklamasi Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang lalu.
Monumen Pahlawan Proklamator Soekarno - Hatta
Begitu memasuki taman, yang paling mencolok dan menarik perhatian adalah dua patung perunggu Soekarno dan Mohammad Hatta berukuran besar yang berdiri sejajar di sudut taman. Posisi dua patung tersebut mirip ama posisi di foto ketika naskah proklamasi Indonesia dibacakan. Di antara kedua patung itu ada juga patung naskah proklamasi yang terbuat dari lempengan batu marmer hitam yang isinya mirip ama ketikan naskah proklamasi yang asli.
Patung dua proklamator ini diresmikan pada 17 Agustus 1980 oleh Presiden Soeharto. Di belakang patung ini ada 17 pilar dan yang tertinggi berukuran 8 meter serta di sela-selanya terdapat 45 tonjolan yang berarti 17-8-45. Sedangkan di latar naskah proklamasi terdapat 5 pilar yang melambangkan Pancasila.
Patung tokoh proklamator |
Monumen Proklamasi |
Patung naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia |
Tugu Petir
Tapi sebenarnya posisi dua patung proklamator ini bukan posisi sebenarnya saat kejadian proklamasi tersebut. Karena saat proklamasi dibacakan, Soekarno dan Hatta membacakan naskah proklamasi tersebut dari teras rumah Soekarno. Tapi sekarang rumah itu udah nggak ada lagi sejak tahun 1960, udah dibongkar. Sayang banget sih.
Sekarang di posisi pembacaan naskah proklamasi tersebut dibangun sebuah tugu yang bernama Tugu Petir karena di ujung tugunya ada logo petir. Di badan tugu itu ada plakat logam yang bertuliskan “ Disinilah Dibatjakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Tanggal 17 Agustus 1945 djam 10.00 pagi oleh Bung Karno dan Bung Hatta”. Tugu ini dibangun pada tahun 1961 dan Soekarno sendiri yang melakukan pencangkulan pertamanya.
Tugu Petir |
Plakat logam di Tugu Petir |
Tugu Peringatan Satu Tahun Kemerdekaan
Di taman ini juga ada satu tugu kecil yang berbentuk tugu obelisk. Tugu ini merupakan Tugu Peringatan Satu Tahun Kemerdekaan Indonesia yang dibangun oleh persatuan wanita Indonesia pada tahun 1946. Tugu ini sempat dihancurkan pada masa pemerintahan Soekarno dan dibangun kembali pada tahun 1972 oleh Gubernur Jakarta, Ali Sadikin.
Tugu Peringatan Satu Tahun Kemerdekaan |
Bunga dan pepohonan di Taman Proklamasi |
Selain itu, bangunan sejarah seperti rumah Soekarno juga sudah tidak ada lagi dan posisi patung yang tidak berada di tempat yang sesungguhnya membuat aura sakral kemerdekaan itu terasa begitu redup. Seolah-olah taman ini hanya taman biasa yang dimanfaatkan masyarakat untuk ngadem doang.
Aku jadi teringat saat berkunjung ke Monumen Jose Rizal, di Rizal Park, Manila. Di sana monumennya dijaga 2 tentara setiap harinya, dikelilingi bendera-bendera Filipina dan dan menjadi tempat yang sangat terkenal bahkan menjadi daftar yang wajib dikunjungi saat liburan ke sana sehingga terasa banget aura sejarahnya.
Sungguh miris rasanya melihat perbedaan dengan tempat ini. Sedih juga rasanya. Aku paham sih kalo objek wisata sejarah itu emang nggak menarik, tapi paling tidak untuk sejarah penting seperti sejarah kemerdekaan ini kita harus mengetahuinya.
Ah... Sedih rasanya.
Akhirnya sampe juga di tempat bersejarah ini |