|
Rumah Limas Palembang
|
Hai sahabat backpacker, gimana
kabarnya? Semoga sehat-sehat aja ya. Aamiin...
Berhubung kemarin banyak yang
protes karena aku nggak masuk ke dalam Rumah Adat Limas yang ada di Museum
Balaputera Dewa, Palembang. Jadi aku ke sini lagi untuk masuk ke dalam rumah
adat tersebut.
Ya nggak lah! Acem betul aja gara-gara
itu aku balik lagi ke Palembang.
Jadi beberapa hari yang lalu
kami dikabari oleh Balai Diklat Keagamaan Palembang bahwa sertifikat latsar yang
kami ikuti di bulan Oktober udah keluar, jadi harus diambil langsung ke sana.
Busyet! Kukira bakal dikirimin ke Bengkulu.
Atas dasar penghematan biaya,
jadi dari Provinsi Bengkulu yang ada 68 orang CPNS , diwakili 4 orang yang
berangkat ke sana dan aku salah satunya. Sebenarnya aku nggak mau berangkat
sih, soalnya lagi nggak enak perut. Tapi karena teman-teman yang lain nggak ada
yang mau, ya udah deh. Toh gratis. Muhehehehehe.....
Setelah urusan sertifikat
tersebut selesai, maka esoknya sebelum bus travel yang membawa kami kembali ke
Bengkulu menjemput, aku menyempatkan untuk jalan-jalan sejenak di Kota Pempek
ini. Dan tujuanku adalah, Rumah Adat Limas Palembang.
|
Pernah menghiasi uang Rp. 10.000
|
Alamat Rumah Adat Limas
Rumah adat Limas berada di
dalam komplek Museum Balaputera Dewa yang beralamat di Jalan Srijaya, No. 1, Rw
5, Srijaya, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Kota Palembang. Museum ini letaknya
masih ada di sekitar pusat kota Palembang, bahkan museum ini juga nggak jauh
dari Stasiun LRT RSUD Prov Sumsel. Jadi mudah banget deh kalo mau ke museum
ini.
Sejarah Rumah Adat Limas
Konon Rumah Adat Limas ini sudah berdiri sejak
tahun 1830, pada zaman Kesultanan Palembang dan merupakan peninggalan Pangeran
Arab yang bernama Syarif Abdurrachman Alhabsi dan Syarif Ali. Rumahnya pun
masih berdiri kokoh karena dibangun dari bahan kayu tembesu dan ulin yang
terkenal kuat dan tahan air.
Dulunya rumah ini berada di
tepian sungai Musi yang merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Palembang dan
sekarang dipindahkan ke belakang Museum Balaputera Dewa.
Isi Rumah Adat Limas
Setelah membayar tiket masuknya
yang seharga Rp. 2000 aja, aku segera ke bagian belakang museum, langsung ke
Rumah Adat Limasnya.
Bagian pertama adalah Pagar Tenggalangong yang
merupakan tempat bersantai. Pagarnya bernama Lawang Kipas dan bisa dibuka
sehingga bisa menjadi teras dan biasanya digunakan sebagai tempat hajatan.
|
Pagar Tenggalangong
|
|
Dari pagar Rumah Limas
|
Kemudian di depannya ada sebuah
ruangan yang dilengkapi berbagai perabotan seperti lemari kayu, meja dan kursi
hingga ada yang mirip dengan singgasana. Kemudian juga ada beberapa koleksi
unik seperti tengkorak kepala rusa, piano tua, lampu minyak dan lemari kaca
yang berisi berbagai keramik dan guci.
|
Bagian dalam Rumah Limas
|
|
Lemari kayu |
|
Kursi dan meja
|
|
Kayaknya lampu minyak sih
|
|
Tengkorak rusa
|
|
Piano tua
|
|
Guci dan keramik
|
Beranjak kebagian dalam ada dua
kamar yang dulu dijaga pengawal khusus karena merupakan kamar pengantin dan
kamar tamu kehormatan. Di dalamnya ada tempat tidur dan perabotan kamar.
Selanjutnya ada ruangan untuk menerima tamu kehormatan. Di bagian belakang ada
ruang kerja yang biasanya digunakan sebagai dapur dan tempat menenun bagi anak
perempuan pemilik rumah. Terakhir ada ruangan sesimbur pengantin yaitu tempat
mandi pengantin.
|
Tempat menerima tamu
|
|
Kamar pengantin atau kamar tamu kehormatan
|
|
Peralatan tenun
|
Setelah itu ada jembatan
penghubung dengan rumah satunya, namun rumah satunya ini lebih berfungsi
seperti gudang, tempat menyimpan berbagai peralatan dan koleksi lainnya.
|
Jembatan penghubung
|
|
Ukiran khas
|
Puas menjelajahi isi dalam
Rumah Limas, aku kembali beranjak ke depan rumah dan saatnya berfoto dengan
latar Rumah Adat Limas bareng uang Rp. 10.000 emisi tahun 2004 yang bergambar
rumah ini.
Oh ya, berhubung aku nggak bawa
uangnya, jadi aku minjem uang Rp. 10.000 milik museum ini yang sudah
dilaminating. Dan syarat peminjamannya cuma meninggalkan KTP.
Cekrek.. cekrek.. cekrek..
hmm... mantap juga ya. :D
|
Berfoto di depan Rumah Limas
|